Walls of cardboard is a theater script that created by a student STAIN SALATIGA to describe the life of Indonesia's population is dependent of a former garbage. They are alive and living in a house that is only made of cardboard used as a refuge from life ferociously. cardboard that has been discarded and not used anymore by most people because it is considered as damaged goods. trash is a treasure for seekers of waste "scavengers", they scavenge garbage for money and to survive. Sometimes they eat from the leftovers of others, that they do to keep their life.Sukino a "scavenger" who has two children have worked very hard to get feed her two children and also his dreams to be able to educate their children . when the rainy season Sukino and her friends were confuse because their house just from the boxes used will be washed away flood. if the rain had subsided they sent their children to clean up their cardboard homes because of the wet rain. their fears mounting as the civil service police force "Satpol PP" came to tell them to move and they were evicted from their homes by force. miserable, suffering and misery is their life.
Tembok-tembok kardus
Tembok-tembok kardus merupakan sebuah naskah teater yang dibuat oleh seorang mahasiswa STAIN SALATIGA untuk menggambarkan kehidupan penduduk Indonesia yang menggantungkan hidupnya dari sampah-sampah bekas. Mereka hidup dan tinggal dalam sebuah rumah yang hanya terbuat dari kardus-kardus bekas sebagai tempat berlindung dari ganasnya kehidupan. kardus yang sudah dibuang dan tidak dipakai lagi oleh kebanyakan orang karena dianggap sebagai barang rongsokan. sampah adalah harta bagi para pencari sampah "pemulung", mereka mengais-ngais sampah untuk mendapatkan uang dan untuk bertahan hidup. bahakan terkadang mereka makan dari sisa-sisa makanan orang lain, itu mereka lakukan untuk tetap hidup.Sukino seorang "pemulung" yang memiliki dua orang anak harus bekerja dengan sangat keras untuk daat memberi makan kedua anaknya dan juga keinginan terpendamnya untuk dapat menyekolahkan anak-anaknya. ketika musim hujan tiba Sukino dan kawan-kawanya kebingugan karena rumah mereka yamg hanya dari kardus-kardus bekas itu akan hanyut terbawa banjir. jika hujan telah reda mereka menyuruh anak-anaknya untuk membersihkan rumah-rumah kardus mereka yang basah karena terpaan hujan. ketakutan mereka kian memuncak ketika satuan polisi pamong praja "satpol PP" datang untuk menyuruh mereka untuk pindah dan mereka digusur dari tempat tinggal mereka secara paksa. nelangsa, nestapa dan sengsara adalah hidup mereka. Kisah ini di perankan oleh anak-anak "Teather Getar" STAIN SALATIGA berkolaborasi dengan "Teather Postma" STIE AMA ALATIGA, dimana ada 9 orang yang memerankan masing-masing peran.
Dono sebagai Sukino, berperan sebagai pemulung yang memiliki 2 orang anak dan di tinggalkan istrinya karena tidak tahan hidup miskin.
Awan sebagai Tardi sahabat Sukino
Ndunk sebagai Tumirah istri Tardi
Umy sebagai Nur
Rofi' sebagai Hana
Lilis sebagai Surti
Wilda sebagai Parni
Firman sebagai penari gestur.
KOLEKSI FOTO-FOTO SAAT PENTAS TRMBOK-TEMBOK KARDUS

Tidak ada komentar:
Posting Komentar